REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Lembaga kemanusiaan Rumah Zakat menggelar acara 'Urun Rembuk Bangun Kembali Gaza' sebagai bagian dari agenda rutin mereka di berbagai kota besar, termasuk di Yogyakarta, Selasa (28/10/2025).
Acara ini secara khusus bertujuan untuk mengangkat isu kemanusiaan Palestina dan menumbuhkan kepedulian publik terhadap perjuangan panjang di sana. Fokus utama yang diusung adalah mendukung kemerdekaan Palestina, serta rehabilitasi dan pembangunan kembali infrastruktur wilayah yang hancur.
Representative Manager Rumah Zakat DIY, Warnitis, sebagai penyelenggara menyatakan bahwa perlunya 'napas panjang' dan aksi berkelanjutan, terutama dalam hal menyuarakan isu di media sosial dan mengedukasi publik. Lebih lanjut, Warnitis menjelaskan bahwa kegiatan ini sekaligus menjadi laporan pertanggungjawaban resmi Rumah Zakat kepada para donatur dan mitra yang telah mendukung program kemanusiaan untuk Palestina.
Dalam kesempatan tersebut, disampaikan kesaksian menggugah dari seorang aktivis yang baru kembali dari misi Global Sumud Flotilla (GSF). yaitu Wanda Hamidah yang merupakan seorang artis dan aktivis sosial Indonesia yang terlibat dalam misi kemanusiaan ke Gaza. Aktivis tersebut menyoroti kebisuan komunitas internasional mengenai blokade Gaza, namun di saat yang sama memuji besarnya solidaritas global.
“Dari sekitar 1.000 peserta yang berebut naik kapal menuju Gaza, 50 persen di antaranya adalah non-Muslim, termasuk peserta dari Inggris, Italia, dan Brasil," ujar Wanda Hamidah.
Wanda juga berbagi pengalamannya selama 35 hari di Flotilla, di mana kesulitan terbesar yang dirasakan adalah mandi, sebuah penderitaan yang telah dirasakan rakyat Palestina bertahun-tahun karena tidak ada listrik dan air.
Aktivis GSF tersebut mengakhiri dengan seruan untuk tidak menormalisasi penderitaan ini dan menuntut masyarakat dunia membuka blokade. Ia juga mengajak semua pihak untuk memiliki simpati dan empati, serta melakukan ikhtiar semaksimal mungkin, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun finansial.