Selasa 22 Aug 2023 08:50 WIB

Gencarkan Mbah Dirjo, Pemkot Yogya: Sampah ke TPA Piyungan Terus Berkurang

Volume sampah dikirim ke TPA Piyungan menurun sampai 95 ton.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Alat berat meratakan tumpukan sampah pembuangan terakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Alat berat meratakan tumpukan sampah pembuangan terakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyebut volume sampah yang dibawa ke TPA Regional Piyungan terus mengalami penurunan. Meski TPA Piyungan ditutup, namun zona transisi 1 masih dibuka untuk menerima sampah hanya dari Kota Yogyakarta maksimal 100 ton per hari.

Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo mengatakan, penurunan volume sampah yang dibawa ke TPA Piyungan karena Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo) yang terus digencarkan. Program ini dilakukan bersama masyarakat, yang mana ASN juga diwajibkan untuk melaksanakan gerakan tersebut.

Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, pada awal gerakan itu dicanangkan, volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta bisa mencapai 100-130 ton per hari. Namun, tidak seluruhnya dibawa ke TPA Piyungan karena dibatasi maksimal 100 ton per hari.

Dengan begitu, Pemkot Yogyakarta juga bekerja sama dengan Pemkab Kulonprogo. Setidaknya, sekitar 15 ton sampah per hari yang dibawa ke Kulonprogo.

Namun, sejak diterapkannya Gerakan Mbah Dirjo, volume sampah yang dihasilkan terus mengalami penurunan. Bahkan, pihaknya juga mencatat terjadi penurunan sampah yang dibawa ke TPA Piyungan yakni menjadi 95 ton per hari.

“Ini (sampah) yang ke TPA Piyungan kemarin menurun sampai 95 ton. Ini salah satunya keberhasilan dari program Mbah Dirjo, artinya sampah yang diproduksi dari masyarakat berkurang,” kata Singgih di kompleks Balai Kota Yogyakarta.

Gerakan Mbah Dirjo diluncurkan oleh Pemkot Yogyakarta pada akhir Juli 2023 lalu. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 16 ribu biopori yang dibuat masyarakat bersama pemkot.

Singgih menyebut, pihaknya menargetkan Gerakan Mbah Dirjo ini bisa berkontribusi mengurangi sampah sekitar 20-30 persen dari total volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta, yang sebelumnya bahkan mencapai 200 ton per hari.

Volume sampah itu sudah berkurang sekitar 100 ton dengan adanya Gerakan Zero Sampah Anorganik, dari sebelumnya mencapai sekitar 300 ton per hari pada 2022.

“Kami akan terus kami kembangkan biopori dengan berbagai macam varian yang ada. Baik ember tumpuk, biopori, losida, biolos, dan sebagainya, menyesuaikan kondisi masing-masing rumah,” ujar Singgih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement