Jumat 13 Oct 2023 05:53 WIB

Harga Beras Masih Tinggi, OP Dilakukan di Lima Pasar Yogyakarta

Masing-masing pasar mendapatkan alokasi delapan ton beras SPHP.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Warga membawa beras kualitas medium saat operasi pasar beras medium (ilustrasi)
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Warga membawa beras kualitas medium saat operasi pasar beras medium (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Operasi pasar (OP) oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta bersama Bulog dilakukan dengan menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke sejumlah pasar rakyat di wilayah setempat. Operasi pasar ini guna menstabilkan harga beras yang saat ini masih cukup tinggi di pasaran.

Kepala Bidang Ketersediaan, Pengawasan, dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Yogyakarta, Sri Riswanti mengatakan, operasi pasar beras SPHP sudah dilakukan 9 Oktober dan berakhir 13 Oktober 2023 di lima pasar rakyat. Lima pasar yang menjadi sasaran operasi yakni Pasar Beringharjo, Kranggan, Demangan, Prawirotaman, dan Lempuyangan.

“Masing-masing pasar mendapatkan alokasi delapan ton beras SPHP. Stabilisasi pasokan dan harga pangan itu kebijakan pusat dari Bapanas (Badan Pangan Nasional),” kata Riswanti di Yogyakarta, Kamis (12/10/2023).

Operasi pasar beras SPHP ini menyasar ke pedagang-pedagang beras. Dia menyebut, pedagang menjual beras SPHP ke konsumen sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) sekitar Rp 10.900 per kilogram.

Beras SPHP tersebut, katanya, dikemas dalam kemasan lima kilogram dengan jenis beras medium. Dengan begitu, beras SPHP ini dijual sekitar Rp 54.500 per lima kg.

“Kalau sesuai HET itu berarti Rp 54.500. Kalau Rp 55 ribu masih kita toleransi. Harapannya tidak lebih dari itu,” ungkap Riswanti.

Dijelaskan, dengan adanya beras SPHP yang melimpah, kemudian ada metode pencatatan yang berubah. Harga beras medium bisa disajikan dari harga rata-rata beras medium riil di pasar, dan digabungkan dengan harga beras SPHP, kemudian dicari harga rata-rata.

Harapannya harga di nasional itu bisa menjadi acuan, sehingga harga beras di pasar ikut turun. “Jadi harapannya masyarakat ada alternatif beras dan menurunkan harga yang sekarang naik. Kalau tidak menurunkan, paling tidak menjaga agar harga beras tidak naik. Masyarakat tetap mudah mencari beras berkualitas dan harganya tidak mahal,” ujarnya.

Berdasarkan pantauan Disdag Kota Yogyakarta di beberapa pasar rakyat per Kamis (12/10/2023), harga beras premium sekitar Rp 14 ribu per kg, beras medium sekitar Rp 12 ribu per kg, dan beras termurah Rp 10.800 per kg.

Riswanti menyebut dari informasi formal, harga beras naik dikarenakan berkurangnya pasokan sebagai akibat dari produksi yang menurun. Meski, demikian masyarakat diminta untuk tidak panik karena pemerintah berupaya menyediakan pasokan beras, dan menstabilkan harga.

Lebih lanjut, Riswanti menambah Pemkot Yogyakarta rencananya memberikan subsidi biaya distribusi atau pengiriman komoditas pangan. Subsidi biaya distribusi komoditas ini sendiri sudah dianggarkan di APBD perubahan 2023 Kota Yogyakarta untuk 50 ton komoditas.

Subsidi biaya distribusi komoditas sekitar Rp 2.000 per kg dipotong PPN. Penyaluran subsidi biaya distribusi komoditas tersebut saat ini menunggu penetapan APBD perubahan 2023.

“Itu nanti kita gelontorkan dalam bentuk subsidi biaya kirim komoditas, mengurangi harga perolehan sehingga harapannya (harga) ke masyarakat bisa lebih murah. Komoditasnya tentatif melihat kondisi pasar. Misalnya beras, kita subsidikan ke beras. Kalau sudah ditetapkan (APBD perubahan 2023), Oktober ini sudah mulai jalan,” jelas Riswanti.

Sebelumnya, Ketua Komisi B DPRD DIY, Andriana Wulandari, juga menyebut bahwa kenaikan harga beras ini perlu ditangani bersama. Sebab, harga beras di pasaran hingga mencapai Rp 13.500 hingga Rp 14 ribu per kg

"Menurut saya ini akibat dari kemarau yang berkepanjangan, banyak petani yang tidak menanam padi, tapi menanam palawija," kata Andriana.

Andriana menuturkan, kenaikan harga beras ini sudah meresahkan masyarakat dan harus segera diselesaikan. Meski, untuk saat ini kondisi ketersediaan pangan di DIY masih mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Cukup jadi PR kita untuk bagaimana menangani harga beras yang makin hari makin naik," ungkapnya.

Andriana pun mendorong seluruh pihak terkait melangkah cepat menekan harga beras agar tidak semakin naik. Menurutnya, operasi pasar yang rutin harus dilakukan dalam rangka menstabilkan harga pangan, termasuk harga beras.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Syam Arjayanti juga mengatakan, pihaknya sudah melakukan beberapa upaya untuk menstabilkan harga pangan, termasuk harga beras. Setidaknya, kata Syam, ada dua upaya yang sudah dilakukan yakni dengan menggelar operasi pasar dan pasar murah.

Operasi pasar sendiri dilakukan untuk membantu para pedagang dalam stabilisasi harga pangan. Operasi pasar ini dilakukan di sejumlah pasar rakyat yakni Pasar Kranggan, Pasar Demangan, Pasar Beringharjo, dan Pasar Prawirotaman.

Sedangkan, pasar murah dilakukan dengan menyasar masyarakat secara langsung. Pasar murah ini dilakukan dengan tujuan mempermudah masyarakat mendapatkan bahan pangan dengan harga murah.

Syam menyebut bahwa pasar murah ini juga telah dilakukan hingga level desa. Operasi pasar dan pasar murah ini akan terus dilakukan untuk stabilisasi harga pangan.

"Disperindag selalu koordinasi dengan Bulog, di pemda ada anggaran untuk operasi pasar dan pasar murah. Ada anggaran Rp 1 miliar untuk operasi pasar dan pasar murah,” kata Syam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement