Senin 30 Oct 2023 15:50 WIB

Meski Kebakaran di Lereng Merbabu Sudah Padam, Sisa Bara Api Masih Diwaspadai

Hujan yang mengguyur pada Ahad malam cukup membantu memadamkan bara.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Lereng utara Gunung Merbabu, di lihat dari wilayah Kecanatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Lereng utara Gunung Merbabu, di lihat dari wilayah Kecanatan Getasan, Kabupaten Semarang.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kebakaran yang melanda lereng Gunung Merbabu dinyatakan sudah padam. Kendati demikian, para relawan gabungan masih mewaspadai munculnya bara api di kawasan hutan dan lahan lereng Merbabu yang sebelumnya terbakar.

Sebab setelah sempat diguyur hujan pada Ahad (29/10/2023) malam, asap yang ditimbulkan oleh bara masih terpantau di wilayah Dusun Thekelan Desa Batur dan Dusun Pulian, Desa Tajuk, Senin (30/10/2023).

Maka itu, relawan bersama dengan warga hingga saat ini masih melakukan upaya penyisiran, guna memastikan sudah tidak ada bara yang masih berpotensi menjadi api.

Kepala Resort Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) Wilayah Kopeng, Nur Khozin mengatakan, hujan yang mengguyur pada Ahad malam cukup membantu memadamkan bara.

Khususnya di kawasan hutan/lahan yang sebekumnya masih terbakar. Sehingga titik api yang sebelumnya masih terpantau di wilayah Desa Tajuk, Desa Kopeng, dan Desa Batur sudah tidak ada lagi.

Hari ini, jelasnya, dari Posko Induk Penanganan Kebakaran Gunung Merbabu (Pos) BRC Desa Batur telah memberangkatkan dua tim (75 personel) untuk melakukan penyisiran.

Apabila dalam penyisiran masih ditemukan bara yang berpotensi menjadi api, akan dipadamkan oleh relawan gabungan guna memastikan aman terhadap munculnya titik api baru.

Sampai dengan hari ketiga kebakaran di Merbabu, Ahad kemarin, total luasan hutan dan lahan yang terbakar telah mencapai 484,5 hektare.

Vegetasi yang terdampak dari kejadian kebakaran hutan di Gunung Merbabu juga cukup banyak. Meliputi pohon pinus, puspa, pohon salam, pohon akasia.

"Selain itu juga berbagai jenis vegetasi yang tumbuh di atas ketinggian 2.000 mdpl, seperti edelweis, cantigi, semak belukar, dan semak perdu lainnya," jelas Nur Khozin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement