REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Untuk mencapai SDGs dibutuhkan lebih dari sekadar upaya individu. Perlu ada tindakan kolektif dan kolaborasi lintas agama, budaya, dan negara. Sebagian komunitas agama, memiliki program tersendiri dengan memobilisasi sumber daya, jaringan, dan otoritas moral untuk memberikan solusi dari masalah kemiskinan, ketidaksetaraan gender, degradasi lingkungan, dan perdamaian.
Sekretaris Umum PP ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah, mengatakan bahwa ‘Aisyiyah telah melakukan berbagai ijtihad dan bentuk dakwah untuk mencapai tujuan-tujuan SDGs, terutama di bidang sosial dan kesehatan.
"Sebagai bukti komitmen internasional, ‘Aisyiyah memiliki 10 cabang khusus di berbagai negara yang berfokus pada pendidikan, hukum, dan hak asasi manusia, yang semuanya sejalan dengan tujuan SDGs," katanya saat menjadi narasumber The 8th IDACON 2024 (International Da’wah Conference) yang bertema ‘The Contribution of Religious Communities for Achieving Suistainable Development Goals. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Lembaga Penelitian Pengembangan Aisyiyah (LPPA) Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) dan Faith To Action Network di Hotel Loman, Yogyakarta, Jumat (17/5/2024).
Tri Hastuti menuturkan ‘Aisyiyah mengusung tiga perspektif utama dalam kontribusinya, yaitu tidak meninggalkan siapa pun, memperhatikan gender, disabilitas, dan social improvement, serta menerapkan nilai-nilai Islam secara progresif. Selain itu, ‘Aisyiyah sangat mendukung kesetaraan gender dan keadilan gender, yang dianggap sangat penting dalam membangun infrastruktur sosial yang inklusif.
"Kami berharap, konferensi ini memperkuat komitmen ‘Aisyiyah dalam mendukung pencapaian SDGs dan menunjukkan peran penting komunitas keagamaan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan berkeadilan," kata Tri Hastuti.
Tri Hastuti mengungkapkan sebagai sebuah LSM, ‘Aisyiyah mengembangkan matriks untuk mengukur kontribusinya terhadap pilar-pilar SDGs. Dalam strateginya PP ‘Aisyiyah, beberapa fokus utama yakni menghapus kemiskinan dan kelaparan, kehidupan yang sehat dan sejahtera, pendidikan yang berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi layak, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi serta penanganan perubahan iklim.
Chief Executive Officer Faith to Action Network Nairobi, Kenya, Peter K. Munene menjelaskan Komunitas Keagamaan Afrika memainkan peran penting dalam upaya mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan menggabungkan nilai-nilai agama tradisional dengan agenda SDGs, komunitas ini memperkuat upaya untuk mengatasi tantangan sosial, ekonomi dan lingkungan yang dihadapi benua Afrika.
Ia mengungkapkan melalui pendekatan yang berpusat pada nilai-nilai seperti solidaritas, keadilan, dan kesetaraan, komunitas religius Afrika berkontribusi pada berbagai aspek SDGs, mulai dari pengentasan kemiskinan dan kelaparan hingga peningkatan akses ke pendidikan dan kesehatan.
Peter mengatakan dengan memanfaatkan jaringan dan pengaruh yang kuat di masyarakat, komunitas keagamaan Afrika memperkuat kolaborasi antara pemerintah, lembaga internasional, dan sektor swasta untuk mencapai SDGs secara komprehensif dan berkelanjutan. "Dengan demikian, peran komunitas ini tidak hanya memperkuat fondasi moral dan etika pembangunan, tetapi juga menjadi agen penting dalam mewujudkan visi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di seluruh benua Afrika," kata Peter.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof Al Makin, membahas pendidikan gratis di tingkat perguruan tinggi sebagai tantangan ke depan bangsa Indonesia. Karena kita tidak bisa mengabaikan masalah ketidaksetaraan yang mencolok, terutama yang terlihat jelas di daerah-daerah seperti Yogyakarta di mana kesenjangan dalam tingkat melek huruf masih tetap ada meskipun populasi Indonesia sangat beragam.
"Di tengah tantangan-tantangan tersebut, konferensi yang akan datang berfungsi sebagai mercusuar harapan, yang akan membahas isu-isu utama yang mempengaruhi lanskap pendidikan. Khususnya, diskusi akan mencakup inisiatif Presiden Jokowi untuk mengurangi 6.000 hambatan pendidikan, yang menandakan sebuah langkah menuju inklusivitas yang lebih besar," kata Al-Makin ketika membuka acara konferensi.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Prof Marhumah mengatakan, dari perspektif Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, pihaknya percaya bahwa dakwah memainkan peran sentral dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dakwah, yang sering dipahami sebagai ajakan kepada Islam, mencakup misi yang lebih luas untuk mempromosikan keadilan sosial, keadilan gender, hak asasi manusia, dan kelestarian lingkungan.
"Melalui program-program akademik, inisiatif penelitian, dan upaya pelibatan masyarakat, kami berupaya memberdayakan individu dan masyarakat untuk menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat," kata Marhumah saat memberi sambutan.
Ketua IDACON Moh. Khoerul Anwar berharap dalam kegiatan ini dapat menjadi ajang berdiskusi, belajar dan berjejaring antar akademisi, peneliti dan berbagai pemangku kepentingan asal Indonesia maupun luar negeri. Selain kegiatan 'Call for Paper', kegiatan ini juga berisikan seminar yang dihadiri pembicara dari berbagai negara yaitu Peter K. Munene dan Scholastica Kanyua Kaaria dari Faith to Action Network, Kenya; Bun Bida Mohammad (Muslim Family Counselling Service, Ghana),Dr Tri Hastuti Nur Rochimah (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Prof Arif Maftuhin (UIN Sunan Kalijaga) dan Dr Iklilah Muzayyanah Dini Fajriyah (Chief of Alimat) dari Indonesia.
Peserta yang menyampaikan presentasi akan mengikuti sesi academic writing dan artikel ilmiah yang sudah diterima akan diseleksi oleh tim reviewer dan bagi Artikel yang terpilih akan dipublikasikan di prosiding, maupun jurnal terakreditasi SINTA yang dikelola oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga.
Terdapat 5 topik Suistainable Development Goals yang dapat dipilih pada konferensi ini, yaitu:
1. Da’wah for advancing community life with no poverty and zero hunger
2. The role of humanities science for improving the quality of good health and well-being
3. Advancing gender equity, disability and social inclusion in campus and communities
4. Advocating management strategy for decent work and just economic work
5. Communication for interreligious respect and collaboration for peace and sustainable life
Artikel ilmiah dikelompokan sesuai topiknya dan dipresentasikan secara panel pada akhir acara.