Rabu 24 Jul 2024 08:05 WIB

Terus Berlari Mencapai Target

Penyusunan peta jalan untuk mencapai target harus direncanakan dengan baik.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini olahraga lari sedang naik daun. Berbagai event lari bersama tampak meriah diikuti oleh banyak peserta. Beberapa video pendek menyoroti keramaian event lari bersama ini dari berbagai sisi. Salah satunya menyampaikan bahwa banyak orang berbondong-bondong ikut aktivitas lari bersama karena takut kehilangan momen keramaian yang tercipta.

Istilah FOMO (Fear of Missing Out) digunakan untuk merujuk pada perasaan seseorang yang takut “tertinggal” dalam suatu kegiatan yang sedang naik daun. Media sosial disebut sebagai salah satu pemicu munculnya FOMO tersebut. Tersebarnya informasi yang disertai video, gambar, dan berbagai narasi menarik dengan mudah didapatkan melalui jaringan Internet.

Kemeriahan aktivitas lari bersama tersebut semakin menjadikan menarik untuk diikuti saat masing-masing individu juga membagikan momennya. Video lain mengunggah kemeriahan event lari bersama ini dengan menyoroti perlengkapan yang digunakan oleh para pelari, khususnya sepatu dan smartwatch yang digunakan.

Event lari bersama disebut sebagai sebuah ajang fesyen yang menampilkan sepatu dari berbagai merek, model, dan warna. Beberapa video bahkan mencantumkan estimasi harga dari masing-masing sepatu,  smartwatch, atau gawai yang digunakan. Apa pun motif dibalik ikutnya seseorang dalam suatu event lari bersama tersebut dipastikan terdapat nilai positif yang dapat diambil. 

Kemauan untuk bergerak atau berolahraga dipastikan memiliki dampak yang baik untuk kesehatan. Bagaimana menjaga konsistensi untuk terus berolahraga dan tidak berhenti setelah keramaian memudar tentu menjadi pekerjaan rumah masing-masing individu. Salah satu yang dapat menjaga konsistensi dalam beraktivitas adalah tujuan yang hendak dicapai. Jika yang dituju adalah jangan sampai  tertinggal keramaian yang tercipta maka besar kemungkinan akan berhenti dan mengikuti keramaian baru lain yang muncul. Tentu berbeda jika yang hendak dicapai adalah target tertentu, seperti mulai dari menjaga kesehatan sampai dengan menjadi pelari profesional. Rencana dan tahapan untuk mencapai tujuan bisa jadi telah disusun dengan melibatkan berbagai pihak, misalnya dengan pelatih, ahli gizi, dan lain sebagainya. Hambatan dan tantangan dimungkinkan muncul selama perjalanan menuju target yang ditetapkan.

Hal yang serupa terjadi di bidang akademik, saat para mahasiswa menyusun target untuk lulus di tahun tertentu. Penyusunan peta jalan untuk mencapai target tersebut harus dibuat dan direncanakan dengan baik. Adanya kemungkinan melesetnya pencapaian target dalam setiap tahapan harus pula dipersiapkan antisipasinya. Sebagai contoh, beberapa mahasiswa yang mengirimkan artikel ilmiah ke konferensi atau jurnal internasional, artikel mereka ditolak dengan berbagai catatan. Tentu mahasiswa harus segera memperbaiki artikel sesuai dengan catatan yang ada dan mengirimkan ke konferensi atau jurnal internasional lainnya. Jangan sampai penolakan tersebut menjadikan patah semangat untuk melangkah ke tahapan berikutnya.

Adanya masukan dari banyak pihak untuk perbaikan dalam pencapaian suatu target menjadi sangat dibutuhkan. Sudut pandang dari banyak pihak dalam melihat sebuah persoalan sangat mungkin memunculkan perspektif baru yang selama ini tidak terlihat. Menurunkan ego, menyesuaikan kembali target yang hendak dicapai, dan terus menambah pengetahuan menjadi mutlak harus dilakukan. Tidak menutup kemungkinan bahwa diri sendirilah yang terkadang menjadi penghalang dalam pencapaian suatu target. 

Ayat ke-146 dari Surat Al A’raf semoga bisa menjadi pegangan untuk selalu mawas diri, khususnya dalam mencapai target yang telah ditetapkan, “Orang-orang yang bersikap sombong di muka bumi tanpa alasan yang benar, mereka akan Aku palingkan dari kebenaran sehingga mereka tidak dapat memahami bukti-bukti kekuasaan-Ku. Sekalipun orang-orang yang sombong itu menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Ku, mereka tetap tidak mau beriman. Jika mereka melihat jalan sesat justru mereka mau mengikutinya. Begitulah karakter orang-orang yang sombong, mereka telah mendustakan agama Kami, dan mereka telah melalaikan bukti-bukti kekuasan Kami.” Wallahu a’lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement