REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) membuka kesempatan kepada anak muda Palestina untuk menempuh pendidikan melalui pemberian beasiswa. Hal ini disampaikan Wakil Rektor V, Supriyono dalam seminar internasional ‘Multicultural Dialogue, Palestine, and the Muslim World’ yang digelar di UMS, Kota Solo, Jawa Tengah, akhir pekan kemarin.
“Kita terbuka (menerima mahasiswa Palestina untuk diberikan beasiswa),” kata Supriyono.
Supriyono menuturkan, pihaknya sudah membuka program beasiswa untuk Palestina, khususnya anak muda dari Gaza melalui LazisMu. Hanya saja, realisasinya tidak mudah karena sulitnya warga Palestina keluar dari negaranya dalam rangka mendapatkan akses pendidikan di negara lain.
“Kita dulu banyak menerima mahasiswa dari Palestina, tapi mereka yang domisilinya di Jordan (Yordania). Kita sebenarnya ingin menerima mahasiswa yang asli dari Gaza, tapi kendalanya tadi, sulit untuk keluar,” ucap Supriyono.
Selain itu, bahasa juga menjadi kendala bagi mahasiswa Palestina menempuh pendidikan di Indonesia, khususnya di UMS. Sebab, pihaknya pernah memberikan pelatihan Bahasa Indonesia kepada mahasiswa dari Palestina agar bisa menempuh pendidikan di UMS, namun akhirnya gagal.
“Mereka ingin mengambil (jurusan berkaitan dengan) masalah kesehatan, tapi di Indonesia kan bahasa tu menjadi sangat kendala kalau mereka mau ambil kedokteran maupun kedokteran gigi. Itu sangat sulit terkait dengan bahasa. Kita punya pengalaman kurang baik, mereka datang, sudah kita latih Bahasa Indonesia selama setahun, tapi akhirnya gagal,” jelasnya.
Meski begitu, pihaknya terus membuka kesempatan bagi mahasiswa dari Palestina untuk menempuh pendidikan di UMS. Bahkan, UMS juga kedatangan delegasi dari Timur Tengah, termasuk Palestina yang melaksanakan Program Multicultural Dialogue and Peacebuilding in Palestine.
Program ini dilaksanakan di tiga kota di Indonesia yakni DKI Jakarta, Solo, dan Yogyakarta. Program ini digelar Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional PP Muhammadiyah yang bekerja sama dengan UMS, Organization of Islamic Cooperation, lazisMu, Witness, dan MuhammadiyahAID.
“(Yang acara di Surakarta) Kita hanya sebagai tuan rumah, karena UMS kan salah satu perguruan tinggi yang besar di Muhammadiyah. Jadi mereka (delegasi) datang dalam rangka kampanye, kita menyambut baik, kemudian ada satu orang dari Gaza yang (bisa) keluar, dan ingin sekolah di sini,” ungkap Supriyono.
Dijelaskan, program ini digelar yang salah satu misinya yakni kampanye ke Indonesia agar berkontribusi lebih dalam membangun perdamaian di Palestina. Selain itu, melalui kegiatan ini juga memberikan harapan kepada anak muda Palestina untuk bisa mendapatkan akses pendidikan, termasuk kesehatan.
“Mereka masih punya harapan, tadi yang disampaikan (oleh delegasi) terakhir tadi bahwa serangan Israel itu kan merupakan genosida untuk mengusir orang-orang dari Gaza, sehingga kosong, dan bisa diokupasi. Jadi dikuasai, sehingga yang bisa mereka lakukan adalah bertahan di sana. Namun yang dibutuhkan adalah bagaimana membangun pendidikan, dan kesehatan sebagaimana yang Muhammadiyah lakukan, itu yang mereka harapkan,” jelasnya.