Kamis 04 May 2023 01:13 WIB

Ini Strategi Pemkab Semarang Antisipasi Dampak El Nino di Sektor Pertanian

Kemungkinan serangan hama dan penyakit tanaman juga semakin rentan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Ilustrasi para petani memanen padi secara tradisional di sawah yang mereka garap di lingkungan di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ilustrasi para petani memanen padi secara tradisional di sawah yang mereka garap di lingkungan di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang, Jawa Tengah, terus melakukan berbagai strategi guna mengantisipasi risiko maupun dampak yang dapat diakibatkan fenomena el Nino pada musim kemarau 2023 ini.

Melalui Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap), Pemkab Semarang terus melakukan upaya-upaya dalam rangka menjaga produksi pertanian dan ketahanan pangan di daerahnya.

Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu yang dikonfirmasi mengungkapkan, dampak el Nino terkait musim kemarau tentu berpengaruh terhadap kekeringan lahan pertanian.

Dikatakan, kemungkinan serangan hama dan penyakit tanaman juga semakin rentan, sehingga  perlu disikapi dengan strategi dan langkah-langkah antisipasi agar pertanian tetap produktif.

“Misalnya dengan musim tanam yang tepat waktu, penggunaan benih tanaman yang tahan terhadap kekeringan, perbaikan jaringan irigasi, pembuatan sumur dalam, persiapan pompa air, serta persediaan obat-obatan,” jelasnya, di Ungaran.

Ia juga menyampaikan, sesuai instruksi Kementerian Pertanian, ada sejumlah strategi yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dampak el Nino bagi pertanian di Indonesia.

Yakni melakukan pembaruan mapping wilayah rawan kekeringan dan endemis serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), mengakses dan menyebarluaskan infomasi BMKG, Sistem Informasi Kalender tanam (Si-KATAM) dan Sistem Informasi Peringatan Dini dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian (Si-PERDITAN).

Kemudian memanfaatkan sumur pompa, sumur suntik, biopori, embung, dan longstorage dalam mendukung ketersediaan air. Termasuk melakukan pembangunan atau rehabilitasi sarana penampungan air dan irigasi.

Menggunakan benih tanaman kekeringan seperti Inpago 8, Inpago 9, dan Inpago 10, pemilihan komoditas disesuaikan ketersediaan air, mendaftar asuransi usaha tani, serta menyiapkan bantuan benih gratis bagi petani terdampak yang mengalami gagal panen (puso).

Disispertanikap kabupaten, masih jelas Wigati Sunu, terus memantau dan mengakses informasi perkembangan prediksi iklim dari lembaga berwenang, seperti BMKG, BRIN, maupun lembaga berwenang internasional lainnya.

Selain itu juga meningkatkan dan memelihara komunikasi dan koordinasi antar para pemanku kepentingan, mulai dari BMKG, BRIN, kementerian terkait, perguruan tinggi, serta dinas terkait di tingkat provinsi.

Saat ini, lanjutnya, Dispertanikap juga menyiapkan antisipasi dampak negatif penurunan curah hujan di lahan pertanian pada akhir musim kemarau (MK) 2023 dan musim hujan (MH) 2023/2024.

Seperti melakukan normalisasi saluran untuk drainase dan antisipasi banjir, penyiapan varietas benih tahan kering, berumur genjah, dan hemat air.g

Melaksanakan gerakan penanganan antisipasi dampak kekeringan dan pengendalian OPT. “Termasuk melakukan jadwal tanam yang adaptif serta menyiapkan sumber-sumber air alternatif,” tegasnya.

Sebelumnya, Kementan melalui surat Nomor : 49?SR.140/M/03/2023, telah mengeluarkan perintah kepada seluruh gubernur yang bersifat sangat segera guna megantisipasi musim kemarau  2023 dan el Nino Lemah.

Hal ini berkaitan fenomena el Nino lemah yang berpeluang terjadi pada pertengahan 2023. Fenomena ini diprediksi menyebabkan musim kemarau 2023 lebih kering dibandingkan musim kemarau tiga tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement