Rabu 18 Sep 2024 12:56 WIB

Tonggak Pencapaian Pengetahuan

Wisuda tak hanya akan dikenali sebagai prestasi akademik.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Selasa 17 September 2024, kami menghadiri undangan wisuda anak pertama, Naufal Rasendriya Apta Raharema yang baru menyelesaikan kuliah masternya di Ghent University, Belgia.

Acara wisuda dilaksanakan pada sore hari di sebuah aula besar kampus pada sekitar jam 17.00 waktu Belgia. Rangkaian acara wisuda yang dikemas sederhana terasa sangat berbeda dengan kegiatan yang biasa kami hadiri di tanah air. Dibuka oleh seorang pembawa acara, pidato dari masing-masing ketua program yang sekaligus mengumumkan nama-nama mahasiswa yang telah lulus dan diakhiri dengan orasi dari salah satu wakil rektor universitas.

Selesai acara wisuda di aula, seluruh peserta melakukan sesi ramah tamah sambil menikmati minuman dan makanan ringan. Hadirnya senat akademik, prosesi pengalungan samir, dan berbagai acara yang umum ada pada saat wisuda di Tanah Air tidak dijumpai di sini. Prosesi acara wisuda yang di Indonesia kini bahkan menjadi salah satu acara yang sudah dilakukan oleh sekolah dasar atau bahkan taman kanak-kanak.

Kesederhanaan dari rangkaian wisuda tersebut menarik untuk dikaji, apakah dapat diterapkan di Indonesia. Di balik kesederhanaan dari rangkaian acara wisuda tersebut, penyampaian amanat dari masing-masing ketua program dan wakil rektor dengan kekayaan makna dapat menjadi salah satu bekal penting bagi para alumni yang baru saja menyelesaikan kuliah S2.

Salah satu poin yang disampaikan adalah bahwa kelulusan dari program tersebut adalah merupakan salah satu tonggak pencapaian pengetahuan. Tidak ada yang akan tahu seperti apa jalan yang ditempuh di masa depan, namun pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan diyakini dapat menjadi bekal untuk mengarunginya. Wisuda ini merupakan pengalaman pertama bagi kami dan pasti menjadi pengalaman yang berharga. Pengalaman yang dapat dijadikan tonggak pencapaian untuk merencanakan langkah-langkah berikutnya.

Pagi di hari yang sama, waktu Indonesia, sebuah pengalaman pertama untuk mempresentasikan penelitian dalam sebuah seminar internasional dilalui oleh Najwa Rashika Az-Zahra Raharema, anak kedua kami. Proses dari mulai menulis artikel, mengirim artikel, mendapat review, memperbaiki, sampai akhirnya mendapatkan jadwal presentasi menjadi pengalaman berharga bagi Najwa.

Banyak pertanyaan dan diskusi yang terjadi selama proses tersebut dengan kami sebagai orang tua yang memiliki profesi sebagai dosen. Walau memiliki perbedaan bidang ilmu, pengalaman yang kami miliki dapat menjadi bahan masukan bagi Najwa. Seperti halnya dengan apa yang disampaikan dalam pidato saat wisuda di Ghent University, bahwa pencapaian yang diraih dalam pendidikan merupakan tonggak pencapaian pengetahuan.

Wisuda ataupun presentasi di seminar internasional bukan hanya akan dikenali sebagai salah satu prestasi akademik namun tentu saja dapat menjadi bagian penting dalam transisi di kehidupan pribadi masing-masing. Setiap tonggak pencapaian pengetahuan yang diraih dapat menjadi pijakan penting untuk melangkah dan memilih jalan selanjutnya. Rencana-rencana selanjutnya tentu harus segera disusun dan ditata untuk bisa mencapai tonggak berikutnya.

Bekal pendidikan di semua level merupakan unsur penting dari pencapaian tonggak-tonggak pengetahuan. Penguasaan teori, metode, komunikasi, dan kolaborasi menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. Dengan berbagai bekal dan pengalaman tersebut tentu diharapkan terus menjadi pendorong untuk konsisten dapat berbuat lebih baik.

Pendidikan sebagai bagian penting dari tonggak pencapaian pengetahuan ini cukup jelas tersirat dalam ayat 76-79 Surat Al Anam, “Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.” Wallahu a’lam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement