Selasa 19 Dec 2023 15:57 WIB

UGM Resmikan Kompleks Fasilitas Kerohanian 

Tiap bangunan peribadatan didesain menggunakan ciri dari masing-masing agama.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Peresmian Kompleks Fasilitas Kerohanian di Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (19/12/2023).
Foto: Dok. UGM
Peresmian Kompleks Fasilitas Kerohanian di Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (19/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) meresmikan lima fasilitas kerohanian baru dalam satu kompleks yang terdiri dari dua bangunan gereja, masing-masing untuk kegiatan  kerohanian agama Katolik dan Kristen Protestan, wihara untuk peribadatan agama Buddha, kelenteng untuk peribadatan agama Konghucu, serta pura untuk peribadatan agama Hindu. Total kini UGM memiliki rumah ibadah enam agama di lingkungan Kampus setelah Masjid Kampus dan Mardliyyah Islamic Center yang telah lebih dulu dibangun. 

Fasilitas kerohanian tersebut dibangun untuk mewadahi kegiatan-kegiatan kerohanian bagi sivitas UGM yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Kompleks Fasilitas Kerohanian diresmikan oleh Rektor UGM Ova Emilia dan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM Pratikno, pada Selasa (19/12/2023).

Baca Juga

"Di UGM sendiri salah satu karakter yang kita bangun adalah inklusifitas. Kita memang heterogen, sehingga itu harus diwadahi termasuk dalam hal keberagamaan," kata Rektor UGM, Prof Ova Emilia, Selasa (19/12/2023). 

Fasilitas kerohanian seluas 5.994 meter persegi tersebut berlokasi di Jalan Podocarpus, Sendowo, Sleman dan berdekatan dengan salah satu asrama mahasiswa UGM. Terdapat area terbuka hijau, plaza, serta area parkir di fasilitas tersebut.

Masing-masing bangunan peribadatan didesain menggunakan ciri dari masing-masing agama. Dua gereja yang telah berdiri masing-masing mampu menampung hingga 100 orang. Pura mampu menampung 50 orang, sedangkan wihara dan kelenteng masing-masing dapat menampung sekitar 40 orang.

Pembangunan fasilitas dimulai pada tahun 2020 dan diinisasi oleh rektor sebelumnya, Prof Panut Mulyono. Peletakan batu pertama dilakukan pada 21 Mei 2022 di akhir masa kepemimpinannya, sementara proses pembangunan dimulai pada tanggal 24 Januari 2023 di bawah kepemimpinan rektor saat ini.

“Ini akan menjadi tempat bagi sivitas untuk berdiskusi dan mempraktikkan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing," ucap Ova.

Bangunan wihara, kelenteng, dan pura telah selesai dibangun pada tanggal 19 November 2023 lalu, sedangkan gereja dan fasilitas pendukungnya diselesaikan pada tanggal 16 Desember 2023. Pembangunan fasilitas tersebut menggunakan dana masyarakat sejumlah Rp 25 Miliar.

Ketua MWA UGM, Prof Pratikno, mengatakan bahwa adanya fasilitas tersebut sejalan dengan jati diri dan semangat UGM. "Terima kasih atas kerja keras sehingga ini bisa terwujud, sebuah kebanggaan yang luar biasa. Kalau di GIK kita menjulang tinggi, di sinilah kita mengakar kuat. Sejak awal mahasiswa masuk ke sini sudah terekspos dengan keberagaman, ini akan menjadi modal besar bagi Indonesia ke depan," ungkapnya.

Pratikno berharap, komunitas keagamaan di lingkup UGM dapat menghidupkan fasilitas ini dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna. Ia juga berharap inisiatif ini dapat menginspirasi institusi pendidikan lainnya untuk ikut mewadahi para sivitas untuk menekuni kegiatan keagamaan sekaligus merayakan keberagaman. 

“Kita bisa mendorong kebinekaan dari UGM. Harapannya ini terus diperluas di universitas lain, sehingga kesadaran akan perbedaan tetapi tetap bersatu menguat di antara anak muda kita,” kata dia menambahkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement